TEMANGGUNG - Tumpukan batu split, ember plastik, dan alat pencampur semen tampak memenuhi area sempit di lereng perbukitan. Di tengah kabut pagi yang mulai menipis, sejumlah warga dan prajurit TNI bergantian mengisi ember, mengangkat, dan menuangkan material ke dalam molen cor. Pemandangan itu bukan sekadar kerja bakti biasa, melainkan representasi akurat dari filosofi pembangunan TMMD Reguler ke-125 Kodim 0706/Temanggung: presisi, partisipasi, dan keberlanjutan.
Proyek jalan penghubung sepanjang 800 meter antara Desa Banaran dan Desa Kemloko memang terlihat seperti pekerjaan fisik semata. Namun, di balik itu, ada perhitungan teknis yang ketat, khususnya dalam urusan campuran material cor elemen krusial untuk menjamin kekuatan dan ketahanan jalan.
“Kami menerapkan standar mutu K-225, sesuai untuk jalan desa dengan lalu lintas menengah. Campuran yang kami gunakan terdiri dari 1 bagian semen, 2 bagian pasir, dan 3 bagian batu split, dengan air secukupnya, ” ujar Komandan SSK TMMD Letda Arm Rusyanto saat memantau langsung pengecoran di lapangan, Sabtu (02/08/2025).
Meski dilakukan secara manual, pencampuran material tetap mengacu pada takaran konsisten. Bahan-bahan pun diseleksi ketat tidak boleh mengandung lumpur atau kotoran lain yang bisa menurunkan daya ikat beton. Proses ini tidak hanya diawasi, tapi juga menjadi sarana edukasi langsung bagi warga.
Beberapa petani dan pemuda desa tampak aktif menyendok batu split ke dalam ember, lalu membawanya ke mesin molen. Sementara prajurit TNI membantu mengarahkan campuran masuk ke cetakan jalan yang telah disiapkan. Semua bergerak dalam irama gotong royong, membentuk simfoni pembangunan yang jarang terdengar di daerah terpencil.
“TMMD bukan proyek seremonial. Kami membangun untuk jangka panjang, jadi ketepatan komposisi dan mutu tidak boleh asal-asalan, ” tegas Komandan Kodim 0706/Temanggung yang juga Dansatgas TMMD, Letkol Inf Hermawan Adi Nugroho, M.Han.
Di sisi lain, partisipasi warga yang dibarengi transfer ilmu tentang teknik pengecoran menciptakan efek berkelanjutan. Mereka tidak hanya bekerja, tetapi juga belajar. Hasilnya, masyarakat memiliki kemampuan dasar untuk turut menjaga, bahkan mereplikasi kualitas pembangunan ini di titik-titik lain secara mandiri.
Jalan Banaran–Kemloko kini menjadi lebih dari sekadar penghubung antarwilayah. Ia berdiri sebagai simbol kekuatan dari racikan yang tepat, kebersamaan yang erat, dan komitmen untuk membangun desa dari dasar yang kokoh.
Ketika adukan semen tak hanya jadi perekat beton, tapi juga jadi perekat antara rakyat dan TNI, maka pembangunan bukan sekadar selesai tapi benar-benar bermakna.
(Pendim 0706/Temanggung)