TEMANGGUNG - Tak hanya mengukir jejak pembangunan lewat pengecoran jalan, TMMD Reguler ke-125 di lereng Gunung Sumbing juga menorehkan cerita tentang pertukaran ilmu antar generasi. Sebelum memulai kegiatan, sejumlah anggota Satgas TMMD terlihat menyatu dengan warga, mengikuti proses perajangan dan penjemuran tembakau yang menjadi nadi ekonomi warga Desa Banaran. Kamis (31/07/2025)
Deretan ibu-ibu tampak sibuk meracik tembakau basah usai dirajang menggunakan mesin. Aroma khas daun tembakau yang baru dipotong menguar, menyatu dengan canda tawa hangat di halaman rumah pengrajin.
Ibu Isti, salah satu pengrajin sekaligus warga Banaran, dengan telaten menjelaskan proses penting setelah perajangan: penjemuran. "Kalau panasnya kurang, tembakau bisa berjamur. Itu bikin kualitas turun dan nilai jualnya jatuh, " ungkapnya sambil menata tembakau.
Ia juga menambahkan bahwa ukuran rajangan memengaruhi pabrik tujuan. Irisan kecil dijual ke pengecer atau tengkulak, sementara yang lebih besar ke pabrik. Pengetahuan teknis ini dibagikan secara terbuka kepada anggota Satgas, yang dengan antusias mendengarkan dan bertanya.
Diskusi pun melebar ke soal akses jalan. "Kalau jalan cor ini rampung, panen kami bisa lebih cepat dan aman sampai ke pengepul. Kami warga Banaran, meski ladangnya masuk wilayah Kemloko, juga sangat diuntungkan, " tutur Ibu Isti.
Program TMMD ternyata tak hanya memperkuat infrastruktur fisik, tapi juga membangun jembatan sosial dan budaya antara prajurit dan masyarakat. Dari lembaran tembakau yang dijemur, terbit juga semangat gotong royong dan rasa saling menghargai di antara dua pihak yang berbeda latar tapi satu tujuan: membangun negeri. (Pendim 0706/Temanggung)