Jembatan Harapan di Mumugu: Prajurit Masariku Satukan Kekuatan, Bangun Akses Ibadah dan Asa Warga

3 days ago 11

MAMUGU - Di pedalaman Papua, di mana akses jalan penuh tantangan dan medan sering kali memisahkan kehidupan warga dengan fasilitas penting, sekelompok prajurit berseragam loreng hadir membawa harapan baru. Mereka adalah Satgas Pamtas Mobile Yonif 733/Masariku, yang tak hanya menjaga perbatasan, tetapi juga ikut merajut kehidupan dan masa depan masyarakat.

Hari itu, deru palu berpadu dengan semangat gotong royong di Kampung Mumugu. Para prajurit bersama warga menata kembali balok-balok kayu, menyusun alas, dan memperbaiki jembatan yang selama ini menjadi urat nadi kampung. Jembatan itu bukan sekadar penghubung fisik, melainkan akses utama menuju Gereja Katolik, tempat warga menambatkan doa dan harapan.

Jembatan yang Rusak, Jembatan yang Diperjuangkan

Selama berbulan-bulan, jembatan di Mumugu dalam kondisi memprihatinkan. Kayu-kayu rapuh dan jalur yang membahayakan membuat aktivitas warga, termasuk menuju gereja untuk beribadah, terganggu. Kini, berkat ketulusan tangan prajurit dan kebersamaan masyarakat, jembatan perlahan berdiri kokoh kembali.

“Perbaikan jembatan ini bukan sekadar pekerjaan teknis, tetapi bagian dari tanggung jawab moral kami kepada masyarakat, ” ujar Letkol Inf Julius Jongen Matakena, Komandan Satgas Pamtas Mobile Yonif 733/Masariku.

“Kami berharap, setelah jembatan ini bisa digunakan kembali, warga Mumugu bisa lebih mudah beraktivitas, terutama saat hendak beribadah. Kami ingin melihat senyum kembali terukir di wajah mereka, ” tambahnya.

Gotong Royong yang Menguatkan

Perbaikan jembatan tidak dilakukan prajurit seorang diri. Warga kampung ikut turun tangan. Mereka memikul kayu, menyiapkan bahan, dan bahu-membahu bersama Satgas. Momen kebersamaan ini menjadi bukti kuat bahwa nilai gotong royong tetap hidup, bahkan di tengah keterbatasan.

Bapak Menjah, Kepala Suku Kampung Mumugu, dengan mata berkaca-kaca menyampaikan rasa terima kasihnya.

“Jembatan ini sangat berarti bagi kami. Tanpa jembatan, kami sulit ke gereja, sulit beraktivitas. Kehadiran Satgas membantu kami bukan hanya dengan tenaga, tetapi juga dengan hati. Kami merasa tidak sendirian, ” ungkapnya penuh haru.

Apresiasi dari Pimpinan TNI

Kisah sederhana namun penuh makna ini juga sampai ke telinga Pangkoops Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto. Ia menegaskan bahwa apa yang dilakukan oleh prajurit Masariku mencerminkan jati diri TNI sesungguhnya.

“Tindakan prajurit Yonif 733/Masariku adalah wujud nyata kemanunggalan TNI dengan rakyat. Mereka tidak hanya menjaga kedaulatan, tetapi juga membangun kehidupan. Inilah bukti kehadiran negara di tengah masyarakat, menghadirkan rasa aman sekaligus kesejahteraan, ” ujarnya.

Loreng yang Membawa Harapan

Lebih dari sekadar jembatan, apa yang dibangun di Mumugu adalah jembatan hati. Sebuah simbol keterhubungan antara TNI dan masyarakat, antara negara dan rakyatnya.

Setiap palu yang diketuk bukan hanya menegakkan balok kayu, tetapi juga meneguhkan kepercayaan bahwa TNI hadir dengan kasih dan kepedulian.

Di tengah belantara Papua, di kampung yang jauh dari hiruk pikuk kota, prajurit Masariku menunjukkan bahwa seragam loreng tidak hanya identik dengan senjata, melainkan juga dengan pelayanan, ketulusan, dan harapan.

Dan jembatan di Mumugu kini bukan sekadar jalur, melainkan saksi bisu bahwa dari lorenglah lahir cahaya persaudaraan dan masa depan yang lebih baik.

Authentication:

Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono

Read Entire Article
Infrastruktur | | | |