Asmat, Papua - Deru suara palu, denting besi, dan semangat gotong royong terdengar jelas di Kampung Mumugu 2, Distrik Sawa Erma, Kabupaten Asmat, Papua, Kamis (18/9/2025). Sejumlah prajurit Satgas Pamtas Mobile Yonif 733/Masariku bersama warga setempat bahu-membahu menyelesaikan pembangunan pagar pembatas pada jembatan yang menjadi akses vital menuju Gereja Katolik Kuasi Paroki Santo Damian.
Pekerjaan ini memasuki hari ke-8 sejak dimulai perbaikan jembatan. Fokus kali ini adalah membangun pagar pengaman di sisi jembatan agar setiap orang yang melintas, terutama anak-anak dan lansia, merasa aman dan terlindungi.
Jembatan Kehidupan Warga
Bagi masyarakat Kampung Mumugu 2, jembatan tersebut bukan sekadar penghubung antara dua sisi sungai. Ia adalah “urat nadi” aktivitas sehari-hari, terutama jalan utama menuju gereja. Hampir setiap minggu, ratusan umat melintasinya untuk beribadah, dan anak-anak kecil pun menjadikannya jalur menuju sekolah maupun kegiatan sosial.
Tanpa pagar pembatas, jembatan sering menimbulkan rasa waswas, apalagi saat musim hujan ketika permukaan kayu menjadi licin. “Kami menyadari bahwa jembatan ini sangat penting bagi masyarakat Kampung Mumugu 2. Karena itu, kami berupaya bukan hanya memperbaikinya, tetapi juga melengkapinya dengan pagar pembatas agar lebih aman, ” ujar Komandan Satgas Pamtas Mobile Yonif 733/Masariku, Letkol Inf Julius Jongen Matakena.
Kolaborasi Prajurit dan Warga
Pembuatan pagar dilakukan dengan memanfaatkan tenaga prajurit yang memiliki keterampilan di bidang konstruksi. Mereka mengelas, merangkai besi, hingga menata kayu bersama warga kampung. Suasana gotong royong tercipta alami, menjadi bukti bahwa sinergi TNI dan masyarakat bisa menghadirkan karya nyata.
Menurut Letkol Julius, partisipasi masyarakat setempat sangat membantu mempercepat pengerjaan. “Semangat warga di sini luar biasa. Mereka ikut serta membawa material, menyediakan makanan, bahkan mendampingi proses pengerjaan. Ini menjadi bukti bahwa jembatan ini benar-benar milik bersama, ” tambahnya.
Apresiasi dari Gereja dan Umat
Pastor Paroki Santo Damian, Pastor Sipri, tidak dapat menyembunyikan rasa syukurnya. Dengan wajah penuh haru, ia menyampaikan terima kasih atas kepedulian prajurit. “Kami sangat berterima kasih kepada bapak-bapak TNI. Pagar pembatas ini sangat penting untuk keselamatan umat. Setiap kali anak-anak dan orang tua melintas, kami selalu merasa khawatir. Kini, ada rasa tenang dan aman, ” ungkapnya.
Bagi umat gereja, kehadiran TNI bukan hanya soal keamanan teritorial, tetapi juga bentuk kasih nyata yang menumbuhkan kepercayaan dan kedekatan.
Lebih dari Sekadar Pengamanan
Pembangunan pagar jembatan ini menegaskan peran TNI bukan hanya sebagai penjaga batas negara, melainkan juga sahabat masyarakat yang siap hadir dalam setiap aspek kehidupan. Dari pembangunan infrastruktur kecil seperti jembatan, hingga dukungan pendidikan dan kesehatan, Satgas Yonif 733/Masariku berkomitmen mewujudkan kesejahteraan masyarakat Papua.
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono, menyampaikan bahwa kegiatan semacam ini adalah wujud nyata kemanunggalan TNI dan rakyat. “Tugas kami tidak berhenti pada menjaga keamanan. Kami ingin terus menghadirkan manfaat langsung yang bisa dirasakan masyarakat, sekecil apa pun itu, ” tegasnya.
Jejak yang Ditinggalkan
Hari demi hari, tiang-tiang pagar jembatan Mumugu 2 semakin kokoh berdiri. Setiap palu yang diketuk dan setiap baut yang dipasang bukan sekadar pekerjaan teknis, melainkan simbol komitmen TNI untuk menjaga keselamatan masyarakat Papua.
Bagi anak-anak yang kini bisa berlari melintasi jembatan tanpa takut jatuh, bagi orang tua yang bisa berjalan dengan lebih tenang, jembatan Mumugu 2 bukan lagi sekadar penghubung sungai, melainkan penghubung hati antara prajurit dan rakyat.
Authentication:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono